RHK : Hidup dalam Kepastian
Renungan Harian Keluarga (RHK)
Jumat, 7 Juli 2017
Bahan bacaan Keluaran 16:22-23
22 Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah memberitahukannya kepada Musa.
23 Lalu berkatalah Musa kepada mereka: "Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi."
Renungan,
Jumat, 7 Juli 2017
Bahan bacaan Keluaran 16:22-23
22 Dan pada hari yang keenam mereka memungut roti itu dua kali lipat banyaknya, dua gomer untuk tiap-tiap orang; dan datanglah semua pemimpin jemaah memberitahukannya kepada Musa.
23 Lalu berkatalah Musa kepada mereka: "Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi."
Renungan,
Hidup menurut kehendak Tuhan, membuat kita tidak merasa kuatir tentang apa yang dilakukan, karena melakukan apa yang dikehendaki Tuhan berarti hidup dalam kepastian. Orang yang hidup dalam kepastian selalu percaya apa yang ia lakukan itu akan berhasil. Sama halnya seorang sopir yang menuruti rambu-rambu lalulintas tidak merasa takut dalam perjalanannya.
Firman Tuhan di hari ini menjelaskan bagaimana umat Israel yang hidup menurut perintah dan sabda Tuhan. Mereka hidup dalam kepastian, bukan keraguan ataupun kekuatiran. Pengalaman mereka yang mengambil “manna” (roti) melebihi keperluan untuk sehari, pada akhirnya berulat dan berbau busuk. Ternyata umat Israel mengambil keputusan yang benar dan tepat menuruti perintah Musa, sehingga para tua-tua jemaah melaporkan apa yang dilakukan umat Tuhan. Mereka memahami bahwa apa yang dilakukan umat itu adalah salah. Musapun menjawab bahwa itulah maksud Tuhan: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi Tuhan. Umat boleh mengambil lebih untuk keperluan besok hari. Dengan tidak memungut manna pada hari sabat berarti umat perlu istirahat dan beribadah kepada Tuhan.
Tuntutan kebutuhan hidup membuat manusia bekerja dan bekerja terus tanpa istirahat untuk sehari. Ketidaksanggupan untuk beristirahat adalah suatu sikap orang yang rakus, sebab dia tidak yakin secara total bahwa kebutuhannya akan dipenuhi. Dia merasa tidak aman dan keinginannya tidak terbatas. Manusia perlu waktu istirahat dan mendekatkan diri kepada Tuhan, berkomunikasi dalam pujian dan doa serta firman-Nya, hidup dalam kepastian dan apa yang kita lakukan sesuai dengan kehendak Tuhan akan berhasil. Amin.
Sumber : Sinode GMIM
Post a Comment