Gas Karbon Monoksida
Karbon
monoksida adalah gas yang terdiri dari satu atom karbon (C) dan satu atom
oksigen (O). Gas ini tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
mengiritasi. Namun karbon monoksida ini mudah terbakar dan sangat beracun apabila
terhirup oleh manusia dan memasuki sistem peredaran darah. Karbon monoksida
terjadi akibat proses pembakaran yang tidak sempurna akibat kurangnya oksigen.
Hal ini bisa terjadi pada kendaraan bermotor, alat pemanas,tungku kayu, bahkan
asap rokok.
Bahaya Gas Karbon Monoksida |
Gas karbon monoksida (CO) yang masuk dalam sistem peredaran darah
akan menggantikan posisi oksigen dalam berikatan dengan hemoglobin (Hb) dalam
darah.
Gas CO akhirnya mudah masuk ke dalam jantung, otak dan organ vital penunjang
kehidupan manusia lainnya. Gas ini sifatnya sangat beracun bagi tubuh manusia,
sehingga akibatnya bisa fatal. Ikatan CO dan Hb dalam darah akan membentuk
karboksi haemoglobin. Ini menyebabkan dua hal:
- Oksigen
akan kalah bersaing dengan karbon monoksida sehingga kadar oksigen dalam
darah manusia akan menurun drastis. Seperti yang kita tahu, oksigen
diperlukan dalam proses metabolisme tubuh sel, jaringan dan organ dalam
tubuh manusia. Dengan keberadaan CO di dalam darah, maka akan menghambat
metabolisme tubuh manusia.
- Gas CO akan menghambat terjadinya proses respirasi atau oksidasi sitokrom. Hal ini akan mengakibatkan pembentukan energi tidak maksimal. Karbon monoksida akan berikatan langsung dengan sel otot jantung dan sel tulang. Akibatnya terjadi keracunan CO pada sel tersebut dan merembet pada sistem saraf manusia.
Jika seseorang mengalami paparan CO 1.000 ppm selama beberapa menit
akan menimbulkan kejenuhan karboksi haemoglobin. Orang tersebut akan bekurang
kesadarannya atau pingsan. Sedangkan jika ditambah beberapa menit lagi maka
dapat mengakibatkan kematian.
Gejala keracunan
gas karbon monoksida
Paparan karbon monoksida dalam jumlah besar akan menimbulkan gejala
seperti keracunan, yakni sakit kepala, rasa mual dan muntah. Gejala
ini akan bertambah dengan rasa lelah, mengeluarkan keringat cukup banyak, pola
pernafasan menjadi cepat dan pendek, adanya rasa gugup dan berkurangnya fungsi
penglihatan.
Puncak dari gejala ini adalah berkurangnya kesadaran
bahkan hingga pingsan yang sebelumnya ditandai dengan sakit dada yang sangat
mendadak. Jika terjadi nyeri dada, maka CO sudah berada di jantung.
Banyak kasus kematian akibat keracunan karbon monoksida ini terjadi karena
kesulitan bernafas dan edema paru yang disebabkan adanya kekurangan oksigen
pada level sel, dimana sel tidak mendapatkan cukup oksigen dari darah karena
justru mengikat gas CO.
Pertolongan
pertama pada korban keracunan karbon monoksida
Jika
ada seseorang yang mengalami keracunan karbon monoksida, maka pertolongan
pertama yang bisa dilakukan adalah membawa korban ke tempat terbuka, bisa diusahakan
yang terbuka dan hijau dan jauh dari sumber karbon monoksida. Longgarkan pakaian
korban supaya lebih mudah bernafas. Jika memiliki oksigen murni, bisa diberikan
kepada korban sebagai pertolongan untuk dihidurp. Pastikan korban
keracunan masih bernafas dengan menyentuh hidung, denyut jantung dan nadi.
Setelah korban siuman, pastikan dalam keadaan tenang karena jika korban terlalu
banyak bergerak maka kebutuhan oksigen akan meningkat dan ia akan pingsan
kembali. Setelah itu segera bawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut.
Tips
pencegahan keracunan karbon monoksida
Setelah
sebelumnya kita telah membahas mengenai bahaya karbon monoksida (CO) bagi
manusia, maka sekarang kita akan membahas tentang pihak yang beresiko keracunan
karbon monoksida dan tips pencegahannya. Salah satu
pekerjaan yang paling beresiko tinggi keracunan karbon monoksida adalah pemadam
kebakaran. Pemadam kebakaran selalu berhubungan dengan asap dan pembakaran yang
pada umumnya tidak sempurna. Selain itu ada pula tukang cat yang menggunakan
cat dengan bahan dasar metilin klorida dapat teracuni oleh zat tersebut karena
dapat berubah menjadi CO dalam peradaran darah. Perokok adalah termasuk dari
sekian banyak orang yang sangat beresiko terpapar karbon monoksida. Asap
pembakaran tembakau pada umumnya tidak sempurna sehingga banyak mengandung CO.
Tips
mencegah keracunan karbon monoksida
Memang sangat sulit untuk mencegah secara penuh masuknya karbon
monoksida dalam tubuh. Hal ini dikarenakan sifat gas CO ini yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak menyebabkan gejala apa-apa pada paru-paru pada
awalnya. Namun sebenarnya gas CO bisa diminimalisir, supaya tidak
terjadi keracunan pada orang di sekitar kita. Yakni caranya adalah dengan
memeriksa secara berkala semua saluran yang berhubungan dengan pembakaran
dimana ventilasi harus menghadap keluar rumah dan tidak tersumbat. Saluran ini
seperti mesin pemanas air, genset dan lain-lain. Selain itu, untuk anda yang
memiliki mobil, anda harus memeriksa sistem AC mobil anda dan mewaspadai
kemungkinan kebocoran. Hindari juga menyalakan mobil di dalam garasi yang
tertutup rapat.
Sekilas
tentang kematian akibat keracunan karbon monoksida
Kematian
yang terjadi akibat keracunan gas CO adalah semacam kematian yang tidak
disadari. Gejala keracunan karbon monoksida juga dianggap “menyenangkan” karena
korban merasa rileks dan berhalusinasi, mirip seperti penggunaan narkoba.
Korban keracunan ini sangat jarang bisa menyelamatkan diri dari kondisi yang
penuh dengan gas CO. Bahkan kematian yang diakibatkan oleh keracunan gas CO
dianggap sebagai “mati indah” karena gejala-gejalanya yang seperti disebut
diatas. Seperti yang pernah disebutkan dalam artikel sebelumnya, gas CO adalah
kompetitor dari Hemoglobin Oksida (HbO) yang mengikat oksigen. Saat gas CO
dihirup berlebihan, maka gas tersebut akan terikat kuat dengan hemoglobin dan
menghalangi ikatan hemoglobin dengan oksigen. Inilah awal dari keracunan karbon
monoksida.
Jika
karbon monoksida menghalangi sel ikatan hemoglobin dan oksigen, maka oksigen
tidak bisa masuk dalam darah. Akibatnya sel tubuh tidak mendapatkan oksigen.
Sel otak adalah sel tubuh yang akan berhenti bekerja jika tidak mendapat
oksigen dalam delapan menit. Akibat dari berhentinya otak adalah berhentinya
beberapa organ tubuh disamping karena ketiadaan oksigen. Hal inilah yang
disebut dengan keracunan karbon monoksida. Otak yang perlahan-lahan berhenti
bekerja akan menimbulkan efek seperti rileks dan berhalusinasi. Inilah sebabnya
banyak yang tidak bisa selamat dari keracunan karbon monoksida.
Karbon monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa yang merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna
dari material karbon. Meskipun merupakan racun yang berbahaya,
karbon monoksida memiliki peranan penting dalam teknologi moderen, menjadi
prekursor untuk berbagai produk. Karbon monoksida terdiri dari satu atom karbon
yang kovalen dengan satu atom oksigen.
Konsentrasi
CO di atmosfer biasanya kurang dari 0,001%, di mana konsentrasinya di daerah
perkotaan lebih tinggi bila dibandingkan daerah pedesaan. CO utamanya bersumber
dari asap kendaraan bermotor, pemanas ruangan atau air, dan asap yang
terinhalasi. Asap tembakau merupakan sumber CO yang penting.
Secara
umum bentuk karbon monoksida menunjukkan banyaknya karbon dioksida yang
direduksi oleh oksigen selama proses pembakaran. Karbon monoksida memiliki
beberapa kemiripan yang signifikan dengan bahan bakar, mudah terbakar di udara
dengan karakteristik ”blue flame”, menghasilkan karbon dioksida.
Karbon
monoksida yang berasal dari kendaraan bermotor dapat menyebabkan kematian tidak
hanya pada ruangan tertutup tetapi juga pada ruangan semi tertutup. Dalam
ruangan atau garasi tertutup, konsentrasi letal karboksihemoglobin dapat
dicapai dalam waktu sepuluh menit.
Keracunan
gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa
tidak enak pada mata, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat
berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas,
kelemahan otot-otot, gangguan pada sisten kardiovaskuler, serangan jantung
sampai pada kematian.
Efek
toksik sebagai akibat dari terhirup dan terserapnya gas karbon monoksida
terjadi karena karbon monoksida berikatan dengan hemoglobin dan menggantikan
oksigen dalam darah.
Mekanisme
lain yang dianggap berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya efek lanjut
meliputi pelepasan mediator-mediator kimia yang menyebabkan peroksidasi lipid
otak. Karbon monoksida menyebabkan sel endotel dan platelet melepaskan nitrit
oksida dan pembentukan radikal bebas oksigen termasuk peroksinitrit. Pada otak,
hal ini menyebabkan disfungsi lebih lanjut dari mitokondria, kebocoran kapiler,
sekuestrasi leukosit dan apoptosis. Hasil akhirnya berupa peroksidasi lipid (
degradasi asam lemak tak jenuh ) yang menyebabkan demielinisasi reversibel dari
substansia alba sistem saraf pusat, dan dapat menyebabkan edema dan nekrosis
fokal dalam otak.
CO
tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh kecuali jika ada pernafasan aktif.
Waktu rata-rata yang diperlukan oleh seorang yang beristirahat untuk
mengeluarkan CO sampai kadarnya menjadi ½ konsentrasi semula (waktu paruh)
adalah 250 menit. Jika sebagai ganti udara dipakai oksigen maka keseimbangan :
HbO2 + CO? COHb + O2 akan bergeser ke kiri, sehingga waktu yang
diperlukan untuk membuat kadar COHb menjadi berkurang dari semula hanya
berlangsung 40 menit. Jika pada O2 ini ditambah CO2 5%, waktu yang
dibutuhkan akan berkurang lagi menjadi 13,7 menit. Pemberian CO2 5% ini
akan menyebabkan terjadinya hiperventilasi serta penutunan Ph darah yang akan
mempercepat pembuangan CO ini. Pemberian O2 dengan tekanan 2 atmosfir akan
lebih mempercepat lagi eliminasi COHb menjadi hanya 7,6 menit.
Post a Comment